Jumat, 20 Januari 2012

kesempurnaan milik allah: ragu dihati

kesempurnaan milik allah: ragu dihati: ^Berkelana Kemana jiwaku terhantar Tatkala seucap Cinta telah ku lontar Aku jalani dan terus aku jalani Meski keraguan hati menggebu ...

kesempurnaan milik allah: ragu dihati

kesempurnaan milik allah: ragu dihati: ^Berkelana Kemana jiwaku terhantar Tatkala seucap Cinta telah ku lontar Aku jalani dan terus aku jalani Meski keraguan hati menggebu ...

Jumat, 23 Desember 2011

yang kedua

Jatuh cinta padamu adalah hal terbaik kedua yg pernah terjadi dalam hidupku. Yg pertama? Aku menemukanmu....^_^

Kamis, 22 Desember 2011

i b u . . .

Di kala resah ini kian mendesah dan menggalaukan jiwaku Kau ada di sana … Di saat aku terluka hingga akhirnya… tercabik-cabiklah keteguhan hatiku Kau masih ada di sana… Ketika aku lelah dan semangatku patah untuk meneruskan perjuangan, terhenti oleh kerikil – kerikil yang kurasa terlampau tajam hingga akhirnya aku pun memilih jeda!!! Kau tetap ada di sana… memberiku isyarat untuk tetap bertahan Ibu…kau basuh kesedihanku, kehampaanku dan ketidakberdayaanku “Tiada lain kita hanya insan Sang Kuasa, Memiliki tugas di bumi tuk menegakkan kalimatNya Kita adalah jasad, jiwa, dan ruh yang terpadu Untuk memberi arti bagi diri dan yang lain” Kata-katamu laksana embun di padang gersang nuraniku memberiku setitik cahaya dalam kekalutan berfikirku Kau labuhkan hatimu untukku, dengan tulus tak berpamrih Kusandarkan diriku di bahumu Terasa… kelembutanmu menembus dinding- dinding kalbuku Menghancurleburkan segala keangkuhan diri Meluluhkan semua kelelahan dan beban dunia Dan membiarkannya tenang terhanyut bersama kedalaman hatimu Kutatap perlahan… matamu yang membiaskan ketegaran dan perlindungan Kristal-kristal lembut yang sedang bermain di bola matamu, jatuh…setetes demi setetes Kau biarkan ia menari di atas kain kerudungmu Laksana oase di terik panasnya gurun sahara Ibu… Nasihatmu memberi kekuatan untukku rangkulanmu menjadi penyangga kerapuhanku untuk ,menapaki hari- hari penuh liku …semoga semua itu tak akan pernah layu! Ibu… Dalam kelembutan cintamu, kulihat kekuatan dalam tangis air matamu, kulihat semangat menggelora dalam dirimu, terkumpul seluruh daya dunia!

Rabu, 21 Desember 2011

cinta pertama . . .

Cinta yang hadir saat engkau mulai.......... Mulai belajar arti sebuah pengorbanan......... Belajar untuk memahami segala kekurangan.......... Pahami akan keikhlasan dan rasa bersyukur........ Cinta yang siap berkorban.......... Cinta yang siap menerima......... Cinta yang siap bertarung........ Cinta yang siap sedih..... Cinta yang siap berharap......... Cinta yang siap berfikir.......... Saat datang dan tersadar akan suatu pilihan......... Siap menerima itu bukan sekedar keindahan........... Berkorban tuk mempertaruhkan jiwa raga....... Berkorban tuk taruhkan kehidupan........... Saat engkau berikrar dan bersaksi........... Bersaksi diseluruh alam ini.......... Bahwa dia adalah bagian dari dirimu.......... Bahwa dia adalah bagian hidupmu........ Menerima cinta dan kasihnya........... Menerima segala kekurangannya......... Mengukir makna hidup dalam arti nyata...... Menerima dia sebagai istri/ suami tercinta........

perjamuan terakhir untuk sahabat

^ untukmu wahai
sahabat
Wahai sahabat, mari
kita buat janji pada hari
ini bahwa takkan ada
yang memisahkan darah yang telah
mengalir dalam tubuh
kita berdua. Untuk itu,
temanilah diriku dalam
perjamuan terakhir
pada istana seribu pilar langit atau taman
kasihku. Jamuannya
adalah madu dalam
cangkir yang telah
dilapisi oleh darah,
keringat dan airmata. Dan wanginya
eukaliptus yang dapat
memabukkan jiwa
tanpa harus bercampur
dengan anggur. Dan
lepaskanlah kunang- kunang sebagai
pengganti lilin, karena
kali ini kita tidak
membutuhkan
kehadiran cahaya yang
menerangi namun ia membakar diri. Jika
kau anggap perlu maka
tebarlah permadani
yang terbuat dari
anyaman rumput, dan
buanglah segala kursi dan meja perjamuan
karena kita tidak
membutuhkannya.
Karena kita kan
membebaskan diri kita
untuk bersandar tanpa pembatas pada pundak
bumi. Baiklah sahabat,
rasanya sudah cukup
persiapan jamuan
terakhir bagi diriku
setelah kulengkapi
dengan simfoni langit malam. Sahabat, kau
telah menemaniku
selama ini dan tak ada
rangkaian kata-kata
yang dapat
menyempurnakan ucapan terimakasihku
pada mu. Kaulah
tempatku
menyandarkan tulang
dan tubuhku ketika ku
lelah berjalan dan lemah tak berdaya,
kaulah tempatku untuk
berbagi kesedihan,
kaulah tempatku untuk
menitipkan dan
menjaga seluruh rahasiaku, kaulah
tempatku untuk
berkaca atas segala
tindakanku, kaulah
tempatku untuk
menyimpan airmata dan kaulah perisai serta
cahaya bagi hidupku. Selama ini kau tak
pernah
mengkhianatiku, dan
tak pernah berlari
meninggalkanku.
Namun sobat, aku bukanlah pemilik atas
raga ini, aku hanya
meminjamnya dengan
sebuah perjanjian
untuk mentaatiNya.
Setelah hari ini, aku kan menyempurnakan
janjimu padaku
sehingga terbebaslah
dirimu atas tanggungan
diriku. Dan aku pun tak
kan pernah mengkhianatimu serta
meninggalkanmu,
hingga kematian
merenggut segala janji
manusia. Aku telah banyak
menyusahkanmu dalam
hidup kali ini, dan
mungkin akan
menyusahkanmu
kembali pada saat akhir perjamuan. Jika kau
berkenan maka
temanilah diriku hingga
jiwaku berpisah atas
ragaku dan kembali
kepada Tangan Yang Memilikinya. Jangan
biarkan diriku sendiri
ketika semuanya
berlalu. Satukanlah
kedua tanganku di atas
dadaku dan basuhlah keningku dengan air
suci yang mengalir dari
kedua mataku, tapi
jangan pernah kau
campur dengan air
matamu. Baiklah sebelum
semuanya berlalu, kita
minum bersama dari
cangkir yang sama,
madu yang sama dan
kita dengarkan simfoni langit malam. Sungguh
kau tak pernah
mengambil hak ku, dan
ku tak pernah
mengambil hak mu. Jika
kau berkenan akan ku berikan seluruh sisa
hak ku kepada mu saat
ini. Sahabat,
nampaknya mata ini
kian memberat dan
nafas ini kian saja mencekik leherku.
Baiklah sahabat,
mungkin semuanya
akan mulai berlalu. Dengarlah sahabatku,
jika setelah ini kekasih
yang tak pernah ku
miliki datang
mencariku, maka
katakanlah kepadanya bahwa aku telah
melakukan yang
terbaik atas hal-hal
yang ku bisa lakukan.
Katakan kepadanya
cinta lebih terasa bermakna ketika
nampak kemustahilan
untuk menggapainya,
cinta tidak membuatku
lemah namun
membuatku bertahan hingga detik terakhir –
walaupun apa yang ku
rasakan lebih banyak
rasa sakit atasnya-.
Katakan padanya
bahwa kepingan hati yang telah dia
hancurkan dahulu telah
ku rangkai kembali
menjadi istana tanpa
tahta yang akan selalu
menunggu kehadirannya. Katakan
kepadanya bahwa
pilar-pilar yang
menyangga mimpi dan
harapan yang dahulu ia
luluhlantahkan telah ku bangun kembali dan
menunggu dirinya
untuk
menggantungkan
kembali mimpi dan
harapan tersebut. Sahabat, jika ia
menanyakan
dimanakah kedamaian
setelah ini berlalu,
maka katakanlah
kepadanya bahwa telah ku tinggalkan
untuknya beberapa
tahun yang lalu namun
dirinya tak kunjung
datang dan kini ku
kembalikan damai kepada Pemiliknya. Jika
ia menanyakan tentang
cintaku padanya, maka
katakanlah bahwa ku
membiarkannya pada
mataku dan bagian besar pada hatiku yang
tak lagi bernyawa. Jika
ia menanyakan tentang
kebahagiaan, maka
katakan kepadanya
bahwa kebahagiaan tersebut telah ia
rampas dahulu ketika
dia meninggalkanku
dan tidak ada lagi yang
tersisa kini. Dan jika ia
menanyakan tentang segala janji yang
pernah ku ucapkan,
maka katakanlah
kepadanya bahwa janji
adalah seperti duri
yang menusuk pada dagingku, aku akan
berusaha memenuhinya
walaupun terlambat
dan jika sampai akhir
hidupku masih ada janji
yang tertinggal maka bantulah aku untuk
memenuhinya
terkecuali tentang cinta
–karena telah ku
berikan kesempatan
baginya dahulu- dan kehidupanku -yang ku
tak punya kuasa
atasnya-. Wahai sahabat,
ambilkanlah air suci
yang bergelinang di
kedua mataku dan
basuhlah keningku
dengannya. Ah mungkin akan lebih
baik jika diriku
menuliskan pesan bagi
kekasihku. Sahabat
ambilkanlah kertas dan
pena agar ku dapat menuliskan pesan
untuk kekasih ku yang
mungkin akan datang.
Wahai sang waktu
berikanlah aku detik-
detik untuk menuliskan apa-apa yang telah
lama ku simpan dalam
hatiku. Wahai jiwa yang lama
telah ku tunggu, Dalam hidupku aku
telah mencintai sedikit
jiwa, dan tak sadar
telah kugantungkan
segala impian dan
harapan. Dan tak sedikitpun aku
menyesalinya, bagiku
cinta adalah pelita dan
perisai hidup. Tuhanku
telah menciptakannya
di dalam hatiku dan aku tidak ingin berpaling
atasnya. Kau adalah segalanya
bagiku, kau adalah
nafas bagi tubuhku,
kau adalah cahaya bagi
hatiku, kau adalah
sumber imajinasi yang bersemayam di dalam
benakku. Senyummu
adalah tetesan embun
yang membasahi kedua
bibirku dan menjagaku
dari dahaga, suaramu adalah doa bagi jiwaku
yang terus saja gelisah,
belaianmu adalah
kelembutan bagi hatiku
yang mengeras batu
dan dekapanmu adalah kehangatan bagi
hidupku yang sunyi,
dingin dan sepi. Pada saat kau membaca
pesan ini maka aku
telah memenuhi janjiku
untuk menunggumu
sampai kematian
merenggut janjiku atasmu. Jika kau masih
menanyakan cinta
maka aku tak dapat
mengucapkan selain
telah ku habiskan
seluruh ruang dalam hatiku untuk mu. Cinta telah
mempertemukan dan
menyatukan kami, dan
juga cinta yang telah
memisahkan kami. Jika
cinta tak membawa kau kembali untukku di
kehidupan ini, maka
cinta kan menyatukan
kau dan aku di
kehidupan yang akan
datang. Belahan jiwa yang
terpisah Sahabat, sampaikanlah
pesan tertulis ini juga
kepadanya jika ia
datang. Wahai sahabat,
rasanya aku tak dapat
lagi menahan segalanya, lepaskanlah
dan iringi kepergianku.
Temanilah jasadku
hingga ku sama sekali
tidak bergerak, kaku.
Biarkanlah kepergianku dalam
damai dan jangan
biarkan tetes
airmatamu
memberatkan
kepergianku. Setelah semuanya berlalu,
tempatkanlah aku di
atas bukit sehingga aku
dapat melihat dan
menunggu kedatangan
kekasihku dalam tidur abadiku. Terimakasih
wahai penjaga
rahasiaku, pengiring
hidupku, aku tak dapat
mendampingimu lagi
dan aku kan menunggumu di
kehidupan yang akan
datang, jika Tuhanku
mengizinkannya.
Terimakasih
sahabatku. Terima kasih....

perjamuan terakhir untukmu sahabat

^ Untukmu wahai sahabat Wahai sahabat, mari kita buat janji pada hari ini bahwa takkan ada yang memisahkan darah yang telah mengalir dalam tubuh kita berdua. Untuk itu, temanilah diriku dalam perjamuan terakhir pada istana seribu pilar langit atau taman kasihku. Jamuannya adalah madu dalam cangkir yang telah dilapisi oleh darah, keringat dan airmata. Dan wanginya eukaliptus yang dapat memabukkan jiwa tanpa harus bercampur dengan anggur. Dan lepaskanlah kunang- kunang sebagai pengganti lilin, karena kali ini kita tidak membutuhkan kehadiran cahaya yang menerangi namun ia membakar diri. Jika kau anggap perlu maka tebarlah permadani yang terbuat dari anyaman rumput, dan buanglah segala kursi dan meja perjamuan karena kita tidak membutuhkannya. Karena kita kan membebaskan diri kita untuk bersandar tanpa pembatas pada pundak bumi. Baiklah sahabat, rasanya sudah cukup persiapan jamuan terakhir bagi diriku setelah kulengkapi dengan simfoni langit malam. Sahabat, kau telah menemaniku selama ini dan tak ada rangkaian kata-kata yang dapat menyempurnakan ucapan terimakasihku pada mu. Kaulah tempatku menyandarkan tulang dan tubuhku ketika ku lelah berjalan dan lemah tak berdaya, kaulah tempatku untuk berbagi kesedihan, kaulah tempatku untuk menitipkan dan menjaga seluruh rahasiaku, kaulah tempatku untuk berkaca atas segala tindakanku, kaulah tempatku untuk menyimpan airmata dan kaulah perisai serta cahaya bagi hidupku. Selama ini kau tak pernah mengkhianatiku, dan tak pernah berlari meninggalkanku. Namun sobat, aku bukanlah pemilik atas raga ini, aku hanya meminjamnya dengan sebuah perjanjian untuk mentaatiNya. Setelah hari ini, aku kan menyempurnakan janjimu padaku sehingga terbebaslah dirimu atas tanggungan diriku. Dan aku pun tak kan pernah mengkhianatimu serta meninggalkanmu, hingga kematian merenggut segala janji manusia. Aku telah banyak menyusahkanmu dalam hidup kali ini, dan mungkin akan menyusahkanmu kembali pada saat akhir perjamuan. Jika kau berkenan maka temanilah diriku hingga jiwaku berpisah atas ragaku dan kembali kepada Tangan Yang Memilikinya. Jangan biarkan diriku sendiri ketika semuanya berlalu. Satukanlah kedua tanganku di atas dadaku dan basuhlah keningku dengan air suci yang mengalir dari kedua mataku, tapi jangan pernah kau campur dengan air matamu. Baiklah sebelum semuanya berlalu, kita minum bersama dari cangkir yang sama, madu yang sama dan kita dengarkan simfoni langit malam. Sungguh kau tak pernah mengambil hak ku, dan ku tak pernah mengambil hak mu. Jika kau berkenan akan ku berikan seluruh sisa hak ku kepada mu saat ini. Sahabat, nampaknya mata ini kian memberat dan nafas ini kian saja mencekik leherku. Baiklah sahabat, mungkin semuanya akan mulai berlalu. Dengarlah sahabatku, jika setelah ini kekasih yang tak pernah ku miliki datang mencariku, maka katakanlah kepadanya bahwa aku telah melakukan yang terbaik atas hal-hal yang ku bisa lakukan. Katakan kepadanya cinta lebih terasa bermakna ketika nampak kemustahilan untuk menggapainya, cinta tidak membuatku lemah namun membuatku bertahan hingga detik terakhir – walaupun apa yang ku rasakan lebih banyak rasa sakit atasnya-. Katakan padanya bahwa kepingan hati yang telah dia hancurkan dahulu telah ku rangkai kembali menjadi istana tanpa tahta yang akan selalu menunggu kehadirannya. Katakan kepadanya bahwa pilar-pilar yang menyangga mimpi dan harapan yang dahulu ia luluhlantahkan telah ku bangun kembali dan menunggu dirinya untuk menggantungkan kembali mimpi dan harapan tersebut. Sahabat, jika ia menanyakan dimanakah kedamaian setelah ini berlalu, maka katakanlah kepadanya bahwa telah ku tinggalkan untuknya beberapa tahun yang lalu namun dirinya tak kunjung datang dan kini ku kembalikan damai kepada Pemiliknya. Jika ia menanyakan tentang cintaku padanya, maka katakanlah bahwa ku membiarkannya pada mataku dan bagian besar pada hatiku yang tak lagi bernyawa. Jika ia menanyakan tentang kebahagiaan, maka katakan kepadanya bahwa kebahagiaan tersebut telah ia rampas dahulu ketika dia meninggalkanku dan tidak ada lagi yang tersisa kini. Dan jika ia menanyakan tentang segala janji yang pernah ku ucapkan, maka katakanlah kepadanya bahwa janji adalah seperti duri yang menusuk pada dagingku, aku akan berusaha memenuhinya walaupun terlambat dan jika sampai akhir hidupku masih ada janji yang tertinggal maka bantulah aku untuk memenuhinya terkecuali tentang cinta –karena telah ku berikan kesempatan baginya dahulu- dan kehidupanku -yang ku tak punya kuasa atasnya-. Wahai sahabat, ambilkanlah air suci yang bergelinang di kedua mataku dan basuhlah keningku dengannya. Ah mungkin akan lebih baik jika diriku menuliskan pesan bagi kekasihku. Sahabat ambilkanlah kertas dan pena agar ku dapat menuliskan pesan untuk kekasih ku yang mungkin akan datang. Wahai sang waktu berikanlah aku detik- detik untuk menuliskan apa-apa yang telah lama ku simpan dalam hatiku. Wahai jiwa yang lama telah ku tunggu, Dalam hidupku aku telah mencintai sedikit jiwa, dan tak sadar telah kugantungkan segala impian dan harapan. Dan tak sedikitpun aku menyesalinya, bagiku cinta adalah pelita dan perisai hidup. Tuhanku telah menciptakannya di dalam hatiku dan aku tidak ingin berpaling atasnya. Kau adalah segalanya bagiku, kau adalah nafas bagi tubuhku, kau adalah cahaya bagi hatiku, kau adalah sumber imajinasi yang bersemayam di dalam benakku. Senyummu adalah tetesan embun yang membasahi kedua bibirku dan menjagaku dari dahaga, suaramu adalah doa bagi jiwaku yang terus saja gelisah, belaianmu adalah kelembutan bagi hatiku yang mengeras batu dan dekapanmu adalah kehangatan bagi hidupku yang sunyi, dingin dan sepi. Pada saat kau membaca pesan ini maka aku telah memenuhi janjiku untuk menunggumu sampai kematian merenggut janjiku atasmu. Jika kau masih menanyakan cinta maka aku tak dapat mengucapkan selain telah ku habiskan seluruh ruang dalam hatiku untuk mu. Cinta telah mempertemukan dan menyatukan kami, dan juga cinta yang telah memisahkan kami. Jika cinta tak membawa kau kembali untukku di kehidupan ini, maka cinta kan menyatukan kau dan aku di kehidupan yang akan datang. Belahan jiwa yang terpisah Sahabat, sampaikanlah pesan tertulis ini juga kepadanya jika ia datang. Wahai sahabat, rasanya aku tak dapat lagi menahan segalanya, lepaskanlah dan iringi kepergianku. Temanilah jasadku hingga ku sama sekali tidak bergerak, kaku. Biarkanlah kepergianku dalam damai dan jangan biarkan tetes airmatamu memberatkan kepergianku. Setelah semuanya berlalu, tempatkanlah aku di atas bukit sehingga aku dapat melihat dan menunggu kedatangan kekasihku dalam tidur abadiku. Terimakasih wahai penjaga rahasiaku, pengiring hidupku, aku tak dapat mendampingimu lagi dan aku kan menunggumu di kehidupan yang akan datang, jika Tuhanku mengizinkannya. Terimakasih sahabatku. Terima kasih....